Close

Keren, Jembatan Bambu di Festival Multatuli

Wisatawan yang datang ke Festival Seni Multatuli bisa menikmati sensasi jembatan bambu yang merupakan gapura festival.

TOPTIME.CO.ID, RANGKASBITUNG – Wisatawan yang datang ke Festival Seni Multatuli bisa menikmati sensasi jembatan bambu yang merupakan gapura festival.

Adanya jembatan bambu dadakan itu, mengundang pengunjung untuk naik dan berpoto ria.

*BACA JUGA : https://toptime.co.id/paguyuban-kades-ikut-meriahkan-festival-seni-multatuli/

Seorang pengunjung dari salah satu sekolah di Cikeusal mengaku baru sekarang melihat ada pameran yang menjadikan jembatan bambu sebagai gapura pintu masuk.

“Saya sering melihat jembatan bambu, tapi kalo yang sengaja dibuat untuk acara pameran mungkin baru di sini,” kata pelajar ini.

Tidak seperti jembatan di kota, panitia membangunnya dengan konstruksi bahan bambu yang unik dan tampak keren hingga jadi buruan pengunjung.

Sebelumnya, Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya berharap, FSM yang akan berlangsung pada 9-15 September 2019 di Kabupaten Lebak ditarget dikunjungi oleh 25 ribu orang mampu menarik masyarakat Banten, Jabodetabek dan daerah lain di Indonesia hingga wisatawan mancanegara yang membaca novel Max Havelaar karya Multatuli, maupun mereka yang bergerak di bidang pariwisata, fotografi, jalan-jalan, sastra, seni, budaya dan literasi.

“Festival ini bertujuan menjadi sarana ekspresi bagi para pelaku budaya di Lebak. Kami yakin, kebudayaan Lebak akan mampu bertahan dan bersenyawa dengan gerak zaman yang terus berkembang,” ujar Iti, kemarin.

FSM 2019 akan menampilkan berbagai kegiatan seni dan kebudayaan di antaranya, festival teater, pameran seni rupa, penerbitan dan bedah buku kumpulan cerpen dengan tema “Cerita dari Lebak”, simposium: Membaca Ulang Max Havelaar, bincang film bersama Riri Riza, kesenian tradisional, wayang golek, ceramah, karnaval kerbau, dan konser musik tradisi.

Festival yang mengusung sastra sebagai ekosistem kebudayaannya, berupaya mengawinkan sastra dengan kehingaran, dan menjadi satu-satunya festival yang bermula dari novel Max Havelaar.

“Dimulai dari perencanaan ide, konsep, pelaksanaan dan pelaporannya dilakukan oleh komunitas dengan disupervisi oleh pemda,” katanya.

FSM 2019 akan diisi oleh kegiatan yang mengawinkan tradisi lokal dengan ilmu pengetahuan, dan menghadirkan gaya kuratorial yang ketat dan kritis

scroll to top